Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Werewolf

Posting Komentar


Hari ini, dismenorhae menyerangku lagi. Sebenarnya tak ada masalah, karena setiap bulannya juga kena. Tapi tadi itu pas aku sedang ada di luar. Awalnya hanya sedikit nyeri, lama kelamaan keringat panas-dingin ikut keluar. Aah, ini yang tak bisa kutahan. Perasaan mual juga mulai kurasakan. Aku yang saat itu sedang membonceng mama, sepulang dari resepsi pernikahan temanku, lantas menghentikan motor dan bertanya apakah mama sanggup membonceng. Bisa kata mama. Meskipun begitu, sembari menahan komplikasi nyeri dan kawan-kawannya aku juga merasa khawatir dibonceng mama. Sudah lama sekali aku tidak dibonceng mama. Takut, kalau beliau tidak kuat atau kurang konsentrasi. Apalagi waktu itu kami di jalan besar yang ramai.

Lama-kelamaan dimenorhae makin tega mencabik-cabik perutku. Aku minta mama untuk mampir ke rumah tanteku yang kebetulan akan kami lewati menuju rumah. Mampirlah kami, ternyata tak ada orang. Aku yang tak tahan, langsung berbaring sembari memegang perut di teras yang kebetulan sedang dipenuhi kasur-bantal-guling yang sedang dijemur. Rasanya lama sekali menunggu tante yang ditelepon mama untuk pulang. Meski aku tahu, masuk rumah pun tak akan membuat nyeri itu berakhir. Tapi setidaknya, aku tak berada di luar dan aku bisa meringis sepuasku jika berada di dalam.

Saat berhasil masuk rumah, aku kembali rebah di sofa yang pertama kulihat. Minta mama mengambilkan air hangat. Tante yang nanya-nanya apakah memang begini aku setiap kali haid membuatku tambah pusing. Panas, gerah, air mataku keluar.

Memang, selama ini hanya dismenorhae yang mampu menumbangkanku. Ini kali ketiga serangan nyeri bulanan ini parah. Bukan parah karena rasa sakitnya, tapi karena aku berada di luar rumah atau kost. Kalau rasa sakitnya ya memang selalu begitu, nyeri.  Seperti yang pernah kuceritakan sebelumnya, aku pernah tepar saat di jam pelajaran dan waktu praktikum semester 2.

Kalau kupikir-pikir, aku –atau beberappa cewek lainnya, mirip siluman serigala atau werewolf yang berubah tiap bulannya. Bedanya werewolf berubah dari manusia menjadi serigala pada saat bulan purnama, sedangkan aku “berubah” ketika awal masa menstruasiku tiap bulan.


Selama ini aku memang menghindari keluar rumah waktu haidku mulai mendekati tanggalnya. Seperti werewolf yang sengaja mengasingkan diri ke hutan jika bulan purnama hampir tiba. Beruntung siklusku cukup teratur, jadi biasanya tebakanku tepat. Aku tak menyusun jadwal untuk keluar rumah pada saat itu sehingga sesakit-sakitnya dismenorhae bisa kulewati sendirian tanpa tatapan panik orang-orang yang membuatku tambah tidak mood. Tapi ya terkadang begitu, ada saat dimana aku terjebak keadaan berubah menjadi serigala di tempat yang tidak tepat.

sumber gambar: disini


Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar