Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

Have Fun in Angsana Beach [part I]

Posting Komentar
Pantai Angsana terletak di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Tepatnya di Desa Angsana, Kecamatan Angsana. Berjarak sekitar 5 jam perjalanan dari Kota Banjarbaru. Beberapa bulan terakhir ini, Pantai Angsana sedang populer menjadi tempat tujuan wisata di Kalimantan Selatan.


Semoga saja dengan semakin banyaknya pengunjung yang berkunjung ke sana, pemerintah lebih care dengan potensi pariwisata daerah. Akses menuju ke sana dari jalan utama sungguh mengerikan, belum beraspal dan kalau hujan tentu saja becek. Aku menghitung waktu mulai masuk gerbang dari jalan utama sampai ke pantai sekitar 20 menit. Sepertinya bisa lebih cepat jika jalannya mulus. Disamping kanan-kiri jalan tersebut pohon sawit terbentang sejauh mata memandang. Kupikir, wah sawit bisa ya tumbuh di daerah berair asin, payau lah paling tidak, eh ternyata jarak perkebunan kelapa sawit tersebut dari pantai masih jauh sekali.

Akhir pekan yang lalu, aku rekreasi ke sana bersama teman-teman seangkatan B10_Genesis. Sebenarnya pemandangan pantainya hampir sama saja dengan pantai-pantai lain yang pernah kukunjungi. Cukup indah. Definisi indah sendiri bagiku mengenai tempat wisata alam adalah jika suasananya tenang. Sedangkan kemarin itu akhir pekan, maka bisa dipastikan banyak pengunjung yang juga berniat untuk berekreasi. Tak ada tenang-tenangnya. 

Tapi yang membuat spesial liburan kemarin itu karena aku bersama teman-teman seangkatan, yang sudah lama sekali tidak ngumpul bareng, berquality time. Maklum, kita angkatan tua (hampir punya 4 angkatan adik tingkat) dan ambilan mata kuliah pilihan sudah beda banget antar orang, bahkan sudah ada yang tidak mengambil mata kuliah lagi alias nyeskripsi.

Hari Sabtu, jam 3 siang kami tiba di pantai tersebut. Kami (yang cewek) langsung berwah-wah kagum melihat laut lepas dan tentu saja berfoto narsis bersama-sama. Teman-teman cowok yang dari Banjarbaru sudah ready banget untuk bermain-main mulai mengeluarkan alat-alat permainannya. Mulai dari bola futsal, bola voli, bola tenis, hingga layang-layang. Ckck. Aku iseng ikut main voli pantai sama teman-teman, meski tanganku langsung sakit dan merah-merah karena lama sekali tidak bersua dengan bola voli, tapi aku tetap semangat. Satu yang membedakan bermain voli ini di lapangan dan di pantai. Pasir yang bertebangan itu masuk ke mata. Belum lagi kalau basah terkena air laut, alamat tangan kotor belepotan pasir.


Setelah puas dengan "permainan pembukaan", kami pun mulai sadar diri. Woy, mau nginap dimana malam ini? Jadilah beberapa teman mencari penginapan, yang rencananya di rumah warga yang menyewakan rumahnya sebagai tempat tidur. Tapi ternyata full booked, akhir pekan ini. Kemudian disepakatilah kalau kita menyewa tenda saja. Ahaha, aku mencium aroma petualangan dalam rekreasi kali ini. Bagian mana yang tidak kusuka dari berkemah di tepi pantai? Tentu tidak ada ^^ 

Selain rumah warga dan tenda yang menjadi tempat penginapan, sebenarnya di bagian terjauh dari tenda kami berdiri resort yang cukup cantik kata teman-teman, aku tak pernah sempat ke sana. Oya, kita beruntung banget dapet paman supir minibus yang asyik. Sehingga tak kesulitan untuk menyuruh mereka meletakkan minibus di dua sisi tenda. Aku sudah membayangkan minibus ini semacam karavan =D

Setelah shalat ashar dan mendirikan tenda, permainan dilanjutkan kembali. Permainan sembarang saja sebenarnya dan tidak memaksa. Suka-suka hatilah. Sebenarnya B10_Genesis sudah membentuk tim acara untuk rekreasi kali ini agar benar-benar quality time. Jadwal acara pun sudah disebar ke inbox hape masing-masing. Di luar dugaan jadwal dari tim acara gagal, meski tidak ngotot juga untuk tetap dilaksanakan. Kami pikir, bersenang-senang sajalah. Kapan lagi bisa seperti ini. Bermain-main, bersama-sama, di pantai pula.


Jadi sore itu ada yang foto-foto di jembatan yang menjorok ke tengah laut, ada pula yang bermain pasir, ada yang (mencoba) berenang-renang agak ke laut, dan ada yang bermain lempar-lemparan bola tenis di tepi pantai. Untuk kegiatan yang terakhir ini diikuti oleh sebagian besar cowok B10_Genesis. Aku bergabung ke dalam tim yang berenang-renang ke tengah laut. Wuih rasanya keren sekali merasakan sensasi menahan ombak atau bahkan terpental karenanya.

Lama kelamaan tim pemain lempar-melempar bola tenis semakin mendekat agak ke tengah, ke tempat kami yang berenang. Akhirnya, kita memutuskan untuk bermain lempar melempar bola tenis dengan membagi peserta menjadi 2 kelompok. Awalnya masing-masing dari kami bingung yang mana kawan yang mana lawan, lempar sajalah pokoknya. Haha. Dari seluruh sesi liburan kali ini, aku memfavoritkan bagian ini.

Tidak terlupakan rasanya, berteriak-teriak pada tim teman agar diberi lemparan bola (saat di tengah-tengah permainan mulai teratur; lawan dan kawan sudah bisa dibedakan), berebut bola dengan lawan yang dekat dengan kita, terminum air laut karena terpercik saat perebutan bola, ataupun tiba-tiba oleng karena ada ombak agak tinggi yang mengarah ke pantai. Astaga, itu menyenangkan sekali. Sayang, tak ada yang membawa kamera water proof saat itu sehingga dokumentasi bagian ini terlewatkan.



Capek bermain-main, kami membersihkan diri. Fyi, untuk mandi di kamar mandi yang merupakan fasilitas dari warga yang tinggal di sekitar pantai, kita harus membayar 5000 rupiah per orang. Dipikir-pikir, setiap akhir pekan, warga yang menyediakan layanan toilet dan kamar mandi ini pasti dapat meraup jumlah uang di atas satu juta per hari. 

Maghrib pun datang. Bukan waktu shalat sebenarnya yang banyak ditunggu, tapi moment sunset. Jadilah kami bergerombol di atas jembatan berfoto bersama dengan latar belakang sunset yang semerah saga. Indahnya...

Setelah maghrib kami bersiap mengadakan pesta barbeque dan menyalakan api unggun. Ini juga menjadi bagian favoritku, malam-malam berapi unggun di pantai mengingatkanku dengan suasana perkemahan pramuka. Bikin kangen. Proses memanggang ayam juga riuh sekali. Teman-teman yang bertugas menjadi seksi konsumsi hebat-hebat. Meski angin laut bertiup sangat kencang dan hampir tak terkendali, bara di tempat pemanggangan tetap aman terkendali. Rasanya pun tak kalah dengan ayam bakar Wong Solo.




Kita kemudian menggelar terpal agak ke arah laut dan menjadikan api unggun berada diantara terpal dan tenda.  Hamparan terpal tersebut kami jadikan sebagai tempat makan malam. Dengan penerangan sinar bulan, kami pun dinner dengan lahap. Setelah makan malam, tempat makan berubah menjadi tempat bermain kartu. Teman-teman cowok kebanyakan bermain domino, sedangkan yang cewek bermain uno. 

Aku ikut bermain uno sambil belajar dengan teman yang sudah ahli. Tak sia-sia sesi belajar kilatku, membuatku dua kali menjadi pemenang dan berhak mencoretkan bedak basah ke wajah teman-teman yang kalah. Haha. Main uno seru juga ternyata. Yang paling aneh menurutku adalah ketika kita harus saling mendahului bilang uno ketika kartu kita tinggal satu. Jadi aku biasanya sengaja berulang kali mnyebutkan "uno, teman-teman" agar mereka mengaku sudah mendengar. Kalau tidak, nanti aku yang mengambil dua kartu tambahan. Hehe.

Permainan kartu cewek berakhir sekitar jam setengah 12. Setelah itu kami tidur di tenda dengan berbaris rapi seperti di barak-barak tentara. Tidurku nyenyak sekali. Nyaris tak terganggu dengan suara musik dan lagu dangdut yang diputar keras-keras di posko pantai yang memang dekat dengan tenda kita. Meski begitu, teman-teman yang lain mengaku banyak sekali yang tak bisa terlelap apalagi nyenyak akibat suara musik tersebut yang notabene bukan selera kita.

[Baca Have Fun in Angsana Beach part II]

Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar