Menikmati Proses. Meladeni Obsesi. Mengakrabi Tuhan.

My Job, My Passion.

Posting Komentar
Sejak Desember 2015 lalu aku resmi menjadi seorang analis di UPT Laboratorium Lingkungan HST. Betapa senangnya aku saat dihubungi oleh tim seleksi bahwa aku lolos dan diterima menjadi analis bersama satu orang lagi, yang juga kakak tingkatku satu fakultas tapi beda jurusan. Padahal waktu dihubungi itu statusku masih sebagai pengajar di SDIT Al-Khair. Senang sekaligus sedih karena harus meninggalkan anak didik yang antusias belajarnya tinggi. Hei, aku jadi cengeng waktu berpamitan dengan para ustadzah pengajar, staff TU dan terutama dengan rekan sekelasku yang menjadi wali kelas. Di depan anak-anak, aku cuma bilang, ustadzah cuma pindah tempat kerja tapi masih berdomisili satu kota dengan mereka. Jadi kami masih bisa dan mudah bertemu. Lagi pula aku ikut kajian pekanan (liqo) yang seringnya diadakan di SDIT pada hari Minggu. Sehingga aku juga kadang masih bisa bertemu dengan beberapa ustadzah eks rekan kerjaku.

Analisis di laboratorium
Kembali ke pekerjaanku sekarang sebagai seorang analis di laboratorium. Boleh dibilang ini semacam dreams comes true. Sejak kuliah dulu setiap ditanya orang (bahkan dosen) aku akan bekerja dimana nantinya, jawabanku pasti aku mau bekerja di BPLH (Badan Pengelola Lingkungan Hidup) -badan yang menaungi laboratoriumku sebagai kantor induk. Bangganya lagi, waktu masuk kesini aku melewati proses yang tidak mudah. Aku harus menjalani 2 tahap tes dengan rentang waktu sekitar 2-3 bulan. Alhamdulillah, selama itu aku menyibukkan diri dengan mengajar sehingga tidak merasa lama. Sekitar satu bulan setelah aku mengantar berkas lamaran, aku dihubungi untuk ikut tes tertulis. Nah disini aku yang agak kagok. Materi testnya tentang uji kimia dan manajemen laboratorium, jujur aku minim ilmu soal itu. Tapi sebelumnya aku memang belajar mati-matian karena tahu sebelumnya search materi laboratorium lingkungan. Tes selanjutnya sekitar 1 bulan setelah tes tertulis hanya diikuti oleh 3 peserta yang lolos pada seleksi tes pertama. Aku deg-degan pada seleksi ini, wawancaranya biasa aja sih tidak terlalu formal tapi yang jelas aku harus menjawab semua pertanyaan dengan jujur. Qadrallah akhirnya aku dinyatakan berhasil masuk dan bekerja disini.

Sekarang sudah 3 bulan lebih sedikit aku menikmati rutinitas kerjaku disini. Pada awalnya aku memang harus banyak belajar tentang bagaimana pengoperasian alat dan metode kerja. Sekarang aku sudah mulai bisa sedikit-sedikit mengerjakannya dan tanpa pengawasan. Kesibukan bekerja di laboratorium itu tidak menentu, beda setiap harinya. Aku dan kawan-kawan sangat sibuk jika ada sampel yang datang dan harus diuji. Mau tidak mau selama beberapa hari, pengerjaan sampel tersebut harus dilakukan. Karena kalau lewat masa ujinya akan berpengaruh terhadap hasil pengujian. 

Sampling time!
Secara periodik, aku juga ke lapangan untuk sampling air di seluruh daerah HST. Bulan lalu contohnya, aku dan tim sampling yang lain melewati jalan pegunungan untuk memotong jalur menuju salah satu titik sampel pengambilan air sungai. Hanya ada satu kecamatan yang tidak kita lewati, yaitu kecamatan Limpasu karena sungainya sudah terwakili oleh yang lain. Kecamatan lainnya sudah semua kita kunjungi selama 2 hari untuk diambil data lapangan dan sampel air sungainya untuk diuji di laboratorium.

Hal lain yang membuatku betah bekerja disini adalah rekan-rekan kerja yang menyenangkan. Sebagian besar perempuan dan mempunyai kesamaan yaitu  suka pencok. Sehingga kalau ada waktu kosong kita biasanya akan mencok dengan berbagai macam buah dan sambalnya. 

Dan yang terpenting adalah waktu kerja di sini hanya 4,5 hari. Ya, hari Jumat hanya sampai jam 11. Sisanya bisa kugunakan untuk acara weekend dan mengistirahatkan tubuhku yang mudah lelah ini.

Bagaimana dengan pekerjaanmu girls? Semoga juga menyenangkan.


Rindang Yuliani
Hi, I'm Rindang Yuliani. I'm a writer, a civil servant, and living in Barabai, South Borneo. I love reading and I'm interested in travelling. My first book is Escape, Please!

Related Posts

Posting Komentar